“A journey of a thousand miles must begin with a singel step...” - Lao Tzu.
Qoute ini lah yang membuat saya harus mengambil satu langkah maju
agar bisa melanjutkan langkah selanjutnya, karena selamanya seseorang tidak
akan maju dan hanya berdiam diri ditempat dimana dia berdiri jika dia tidak
memulai sebuah langkah yang dapat merubah kehidupannya.
The Beginning...
Awalnya gak pernah terpikir
dibenak saya untuk mendaki sebuah gunung, menjelajahi hutan, melintasi danau
dengan perahu, berjalan kaki mengitari landmark
kota yang baru dikunjungi, masuk kedalam goa, berburu kuliner khas daerah,
dan berpapasan serta saling sapa dengan penduduk lokal, apalagi perjalanan
tersebut dilakukan seorang diri dengan status mahasiswa, seorang anak kosan
yang jauh dari orang tua, dana terbatas, apalagi buta arah karena gak pernah
berpergian sendirian keluar kota, provinsi, apalagi ke luar negeri. Mengingat
itu semua terasa mustahil dilakukan.
Akan tetapi pikiran “mustahil” itu perlahan
mulai hilang pada saat saya melihat DP
BBM (Display Picture BlackBerry Messenger) adik tingkat di kampus dan juga
adik tingkat di organisasi pers kampus LPM Media Sriwijaya FH Unsri, yakni
@lutfianadamay. Tiba-tiba pada suatu malam disekitaran pertengahan tahun 2013 dia
mengganti DP BBM-nya dengan foto duduk dipinggir kawah sebuah gunung sambil
tersenyum puas, dan status BBM-nya saat itu “Mt
. Dempo. 3108 mdlp sukses...!”, langsung saya kepo-in dia dengan banyak pertanyaanya “kok bisa? Bagaimana caranya? Kapan
ngedakinya? Bagaimana perjalanannya? Sulit nggak? Kamukan cewek? Kok berani?...”.
Penasaran...! itulah yang sedang saya pikirkan saat itu. Pertanyaan-pertanyaan
itu dijawabnya via BBM, tapi kenapa rasanya masih kurang penjelasannya. Akhirnya
kami bertemu di Kampus dan dia cerita panjang lebar mengenai pendakiannya yang
menempuh jalur curam dan licin, serta diterpa hujan badai di tengan perjalanan,
dia mengalami hypotermia pada malam hari di shelter 3, hampir jatuh dan gak
kuat lagi menuju kepuncak, dan akhirnya dia berhasil mencapai puncak dan
airmatanya jatuh sendiri saking bahagia karena berhasil melewati itu semua, dan
pengalaman luar biasa yang didapatkannya selama mendaki. Mendengar itu semua
membuat saya bersemangat! Hal-hal mustahil yang ada dibenak saya terasa hilang
dan niat untuk memulai langkah maju itupun sudah kuat.
Niat untuk berpetualang itu
sendiri terus berkobar meskipun rencana untuk pendakian itu belum teralisasikan
sampai menjelang akhir dari tahun 2013, namun harus tetap semangat!, dan hal
yang saya lakukan sembari menanti waktu yang tepat untuk memulai petualangan
adalah menabung. Yaah... sedikit demi sedikit modal buat berpetualang mulai
terkumpul, mulai dari menyisihkan uang kosan, menyimpan uang jajan yang didapat
saat menjadi wartawan mahasiswa tribun sumsel edisi minggu, karena selain
menjadi mahasiswa, saya juga ada sambilan diluar kegiatan kampus, hehehe itung-itung
mengisi waktu luang sambil menyalurkan hobi. Dan tentunya mulai melatih fisik
dengan memulai joging seminggu sekali, karena udah jarang banget olahraga, lari
50 meter aja udah ngos-ngosan kayak paru-paru mau lepas, yang saya ingat
terakhir kali olahraga itu waktu kelas 3 SMA pas pelajar Penjaskes.
Akhirnya kesempatan untuk
melaksanakan niat berpetualang itu datang juga. Berawal dari postingan bang
@faddlyv di Instagram mengenai info
penjelajahan gunung Kerinci yang diadakan oleh @JelajahKerinci pada pertengahan
bulan April 2014. Huwooo...! saya langsung excited luar biasa, apalagi pas buka
instagramnya @jelajahkerinci banyak banget keindahan ciptaan tuhan yang
berhasil diabadikan dalam bentuk foto, keren banget...!. Saya putuskan langsung cepet-cepet daftarin
diri dalam penjelajahan tersebut, dan ow-ow-ow... ternyata dibuka hanya untuk
10 orang dan kebetulan pas saya daftar kuotanya tinggal 2 orang. Untuk biaya
registrasinya sendiri Rp. 950.000,- sebenernya untuk anak kosan yang masih
mahasiswa itu mahal loh kwkwkw, itu udah
termasuk penjemputan dari Padang ke Kersik Tuo lokasi dimana gunung Kerinci
berdiri kokoh, makan 3x sehari selama 3 hari, penyewaan tenda dan perlengkapan
untuk diatas gunung (kebetulan banget saya masih newbie yang gak punya dan gak ngerti tentang alat-alat atau apa
saja yang mesti dipersiapin untuk bertahan diatas gunung), dan dapet kaos juga.
Eiittsss..! saya tanya ke @jelajahkerinci “bang
gimana kalo saya gak ke Padang, soalnya saya di Palembang, jadi rencananya mau
lewat Jambi aja gitu...” , dan katanya @jelajahkerinci gak apa, kebetulan
ada dua orang cewek dari Bandung yang mendaratnya di Jambi, jadi ketemuan aja
disana biar bisa berangkat bareng, dan kalo yang dari Jambil biayanya dipotong
Rp. 200.000, soalnya biaya tersebut untuk penjemputan dari Padang ke Kersik
Tuo. Asiiiiiik....! teriak dalam hati hahaha! Setidaknya biaya pendaftaran udah
berkurang jadi Rp.750.000. Lumayan hehehe.. trus dijelasin lagi sama
@jelajahkerinci bahwa biaya pendaftarannya bisa dicicil, yuhuuuu..! tambah
bersemu-semu nih muka. Okesip jadi daftarnya...!
The Journey Begins...
Setelah prepare apa aja yang
perlu dibawa untuk petualangan... aku siap aku siap aku siap...! *spongebob
mode on*. Berkumpulnya para peserta penjelajahan kerinci pada tanggal 17 April
2014, tapi saya mikirnya karena dari Palembang melalui jalur darat dan yang
pasti memakan waktu yang lama, ditambah lagi gak tau arah dan seluk beluk
kota.. woke..! modal nekad aja deh. Jadi saya putusin berangkat tanggal 15 dari
Palembang.
Sebelum memilih-milih bus antar
provinsi mana yang bakalan dipilih, saya searching dulu di google dan baca-baca
pengalaman orang-orang yang sudah mendaki kerinci dan tentunya menuliskan
pengalaman tersebut di blognya. Setelah menimbang-nimbang berdasarkan cerita
orang-orang diblog yang menuju kerinci lewat jalur darat dari Palembang, maka
bus yang terpilih adalah bus IMI (Indonesia Mulia Indah), yang kalo dilihat
tarif dari Palembang Ke Jambi termasuk yang paling murah, untuk bus yang ada AC-nya
bertarif Rp.75.000, oke langsung dipilih. Let’s
go...!
Bus pun melaju tapi dengan
kecepatan yang standar, menembus macet, hujan, keluar masuk hutan, dan yang
saya lakukan adalah duduk manis di bus sambil senderen di kaca bus dan dengerin
lagu lewat headset *kebetulan duduk dipinggir*, maenin gadget, sesekali
ketiduran, dan pas bangun udah didaerah lain yang terasa asing, tapi perjalanan
itu saya nikmatin. Dan akhirnya saya sampai di pemberhentian bus terakhir di
Jambi. Yang tadinya berangkat dari Palembang pukul 15an, tiba di Jambi pukul
23an.. tengah malam keleuss.. dan hujan..! tapi untungnya ditempat
pemberhentian bus IMI di Jambi ini lantai duanya ada tempat beristirahan buat
para penumpangnya, meskipun berasalankan tiker, gak apa deh yang penting malam
ini ada tempat buat berteduh dan istirahat. *lirik colokan kosong di
dinding*... langsung berlari kecil ke dekat colokan, rasanya kalo ketemu
colokan listrik yang kosong itu selalu bahagia, jadi gadget yang udah tewas
ditengah perjalan bisa dihidupkan kembali. Saya bisa dibilang gadget freak,
soalnya itu sudah menjadi bagian dari hidup, menjadi kebutuhan primer deh
pokoknya.
17 April 2014, saya terbangun jam
8 pagi, dan ketika lihat area sekitar ternyata tinggal saya sendiri di lantai
dua ini, trus saya langsung mengecek ransel dan isinya, syukurlah! gak ada yang
hilang.. hehehe waspada itu selalu nomor satu.
Cuaca cerah banget...! setelah
ngumpulin nyawa seusai bangun tidur, nanya sama kakak-kakak yang jaga tempat
pemberhentian bus dimana toilet, trus nanya juga arah Bandara di Jambi
dimananya, trus kalo naek angkot jurusan apa dan tarifnya berapa, jadi kayak
wawancara kakak-kakak tersebut deh. Seusai numpang mandi dengan baiya Rp. 5000,-
zzz gak apa deh, yang penting mandi dulu!. oke saya siap..! sebelum berangkat
aku sms dua anak cewek yang dari bandung, katanya mereka berangkat dari Jakarta
dan tiba di Jambil sekitar pukul 13an. *lirik jam di Hp* hmm.. masih pukul
10:30, oke siap-siap otw bandara dengan naik ojek, tapi sebelum naik nego harga
dulu, soalnya tukang ojeknya ngasih tarif 30ribu, setelah terjadi perdebatan
antara saya dan tukang ojek dan tak lupa pasang wajah memelas, akhirnya
tarifnya turun jadi 15ribu... aseeek!.
Rasanya kalo keliling kota naik
ojek itu bener-bener nikmat, apalagi Jambi belum padat banget kendaraannya,
jadi anginnya yang menerpah muka bikin seger soalnya belum terkontaminasi gas
kendaraan yang berpolusi.
Sesampainya di Bandara di Kota
Jambi, sekitaran pukul 13an, saya lihat di pintu kedatang belum ada tanda-tanda
kehadiran mereka, saya kirim sms ke mereka dan ternyata jadwal keberangkatannya
diubah pukul 16:10 tiba di jambi 17:25.. jleeeeeb..! apa yang harus saya
lakukan sembari menunggu mereka, jadi saya pilih ke musolah bandara, numpang
istirahat dan cari colokan nganggur. Setelah hampir 8 jam menunggu, merekapun
datang juga. Loh bukannya ada dua cewek dari Bandung, tapi kenapa jadi yang
satunya cowok, hmm.. setelah dijelasin ternyata cewek yang satunya gak jadi
berangkat karena ada ujian kuliah.. setelah berkenalan dengan mereka, masayu
dan irfan (katanya panggil aja om serangga kwkwkw), kami bertiga lanjut menuju
Kerinci, kebetulan travelnya juga udah dipesan kemaren, jadi ketemuan di
bandara pukul 17:30.
Here We Go...!
Setelah menempuh perjalanan 13
jam dari kota Jambi ke Kerinci, akhirnya kami sampai di Sungai Penuh, tempat
berhenti travel tersebut, kami pun melanjutkan menuju Kersik Tuo, desa terakhir
menuju gunung Kerinci dengan menaiki angkot, dan akhirnya sampe juga di Basecamp Jelajah kerinci, sorenya kami
berkeliling desa Kersik Tuo, meskipun gunung kerincinya ketutupan kabut yah gak
apa deh.. mau foto di tugu macan hehehe, setelah puas keliling, sorenya kembali
ke Basecamp, di Basecamp ini banyak para pendaki dari seluruh Indonesia yang
bertamu hampir setiap hari, dan disini kita bisa numpang berisitirahat gratis,
ada banyak colokan listrik, dan ada warungnya, enaknya disini orangnya ramah
banget. Setelah berbincang dengan para pendaki lain mereka semua terkejut
setelah saya bilang baru pertama kali naik gunung, mereka langsung salut karena
niat saya yang kuat dan langsung memilih mendaki gunung berapi tertinggi di
Indonesia. Aaah saya jadi malu hehehe.. saya bertemu dengan Pak Kris dan Bu Kris,
suami istri yang sudah banyak mendaki gunung di Indonesia, mbah Andi orang
kerinci yang ramah banget, mas yuda, mas sugi dan genknya merupakan porter dan
tau medan pendakian, ngerumpi bareng ibu basecamp yang selalu ada didapur, dan
disini saya dapet label “cabe-cabean” hehehe.. entahlah kenapa bilang kayak
gitu tapi bagiku itu sesuatu yang seru banget deh, anggap saja itu kode sandi
waktu di gunung Kerinci. Malam semakin larut di lereng gunung Kerinci, saya pun
izin untuk istirahat biar tenaga pulih kembali.
18 April 2014, setelah
beristirahat yang cukup di Basecamp, hari ini kami akan mendaki...! yeeee..!
pendakian dimulai dari pukul 8 pagi, tiba gerbang masuk gunung kerinci cuaca
cerah banget, kami berjalan santai sambil beriringan dan saling menjaga,
setelah tiba di pos pertama, semuanya beristirahat sejenak, kemudian
melanjutkan perjalanan menuju pos dua dan pos tiga, pada saat perjalanan dari
pos tiga ke shelter 1, hutan mulai diselimuti kabut dan hujan mulai turun, untung
bawa jas hujan, jadi kami semua melanjutkan perjalanan. Sesampai di shelter 1,
kami semua istirahat buat makan siang, dengan keadaan hujan yang sedikit
mereda, kemudian melanjutkan perjalanan ke shelter 2 dan 3 yang rintangan lebih
gila lagi.
Setiap pos dan shelter yang
dilalui merupakan jalur pemanasan untuk pos dan shelter berikutnya, jalan yang
licin dan basah sehabis hujan, jarak pandang hanya beberapa meter karena
ketutup kabut, harus berayun-ayun dengan memegang dahan pohon dan akar karena
jalan dibawah dilalui air sehabis hujan, menyelip dijalur yang sangat sempit,
apalagi suhu semakin dingin. Saya tetap melanjutkan perjalanan dan akhirnya
sampai di shelter 3 tempat peristirahat di atas gunung, dan, saat saya sampai
hari sudah menjelang magrib, sesampainya diatas kami disambut pelangi. Tapi karena
saking dinginnya saya langsung masuk tenda, ganti baju yang lembab dengan baju
yang kering dan berjaket tebal, baru kali itu merasakan dingin yang bener-bener
menusuk tulang, dan kami pun beristirahan.
Finally...!
19 April 2014, Saat subuh tiba,
kami mulai melanjutkan menuju puncak gunung Kerinci, mau melihat sunrise yang
muncul dari celah-celah awan, dengan meraba-raba dalam kegelapan ditemani
cahaya bulan dan senter, kami pun tiba di tugu Yuda, sebuah tugu di atas gunung
kerinci. Dan tak berapa lama mendaki.. mendaki.. dan terus mendaki.. akhirnya
sampai pada puncak tertinggi di Pulau Sumatera tersebut. Satu kata yang
langsung dari mulut saya melihat indahnya sunrise, yakni “waaaaaauuuuoooow..!!!”..
saya menjerit dari atas kayak orang gila tapi semua pendaki lain juga menjerit
karena puas berhasil mencapai puncak. Sungguh indah ciptaan tuhan, saya serasa
berjalan diatas awan, terlihat juga bukit barisan. Amazing bangeeet petualangan
ini. Dan yang paling penting ketika diatas adalah mengambil momen lewat kamera,
harus diabadikan sebagai kenang-kenang dan bukti bahwa saya telah mengapai atap
Sumatera, puncak Gunung Kerinci.
Pendakian Gunung Kerinci ini merupakan
langkah awal saya untuk memulai sebuah perjalan, memberikan semangat baru lagi
kepada saya, dan memberikan pengalaman yang luar biasa, mengajarkan bagaimana
perjuangan menuju puncak, kebersamaan dengan orang-orang yang baru kita kenal,
kearifan lokal, dan masih banyak lagi, itu membuat saya ingin dan ingin lagi
terdampar ditempat-tempat lain seperti ini.
berlanjut ke petualangan selanjutnya :D