foto ilustrasi (sumber klikdokter.com) |
“Man...! jangan pakek tusuk gigi disini,
gek keno HIV/AIDS kau...” – ujar temanku yang
seketika langsung kuhentikan tusuk gigi yang hampir menjamah sela-sela gigi ini.
“emang ngapo sih, masa cak itu bae pacak
keno HIV/AIDS...?” balasku dengan ekspresi penasaran. Lalu kemudian Temanku
dengan antusias menjelaskan bahwa dirinya sempat membaca berita di Internet
yang mengungkapkan saat itu lagi heboh isu penyebaran HIV/AIDS lewat tusuk
gigi, dimana para pengidap HIV/AIDS sengaja menggunakan darah mereka untuk dicampur
dengan tusuk gigi, dengan tujuan agar orang-orang yang menggunakan tusuk gigi
di banyak tempat makan terjangkit virus HIV.. “serius, kok tega nian yo...” ungkapku yang menyimak dengan serius.
Kemudian
temanku yang lainnya juga menimbrung pembicaraan kami (secara makannya
rame-rame dan maaf namanya aku samarkan hahahah), “ujinyo mereka (pengidap HIV/AIDS) sengajo makek tusuk gigi, lalu
dibaleke lagi kedalam tempat tusuk gigi yo”.. “nah iyoo” – ujar temanku yang lainnya lagi. Yang terjemahan dari
percakapan bahasa Palembang itu adalah para pengidap HIV/AIDS dengan sengaja
menggunakan tusuk gigi lalu dikembalikan lagi ketempatnya agar orang bukan
pengidap bisa terjangkit, dan tentunya teman-teman lain juga mengiyakan
penjelasan dari temanku yang pertama, dan yang paling parah adalah aku
mempercayai hal itu sampai dengan sekarang.
Cerita
diatas seingatku terjadi pada aku masih semester 3 di kampus dulu, pada tahun
2011 akhir kalo gak salah, ketika aku masih unyu, lugu, dan masih bisa tertipu
dan diberdaya hahaha. Itu berarti hampir 7 tahun lebih aku percaya bahwa tusuk
gigi itu bisa menyebarkan virus HIV, dan hal itu membuatku selalu mengurungkan
diri sehabis makan di warung pecel lele di pinggir jalan, di rumah makan
masakan pada, atau dimanapun rumah makannya yang menyediakan tusuk gigi untuk
membersihkan sisa makanan di sela-sela gigi ini.
And
Now... akhirnya aku sadar ternyata selama 7 tahun ini aku telah salah. Salahnya
aku itu mudah banget percaya dengan isu-isu seperti virus HIV lewat tusuk gigi,
gelang penyeimbang, dan pernah waktu SMA lagi heboh-hebohnya panggilan nomor
merah/layar hape jadi merah, itu semua HOAX.. ckckckck.. serta lagu Gaby –
Tinggal Kenangan yang penuh misteri itu hmmmm... (infonya dapet dari acara
Silet di R*ti waktu jaman itu hahaha).
Sebenernya
gak 100% salah di aku juga, secara faktor X juga penyebab kenapa aku percaya
hal yang gituan.. (ini apa sih faktor Xnya dari tadi hahaha...). Oke guys...(mode
vlogger ala-ala aktif) jadi maksud faktor Xnya disini seperti aku mendapatkan informasi
dari orang yang tidak tepat, bukan orang yang expert/ahli di bidangnya. Terus
informasinya yang menyebar begitu cepat kesemua orang, ya.. karena semua orang
percaya, begonya diri ini ikut-ikutan percaya tanpa kroscek terlebih dahulu
kebenarnya. Jadi perlu diingat ini gak murni 100% kesalahan aku ya guys.. jadi
maafin diri ini ya..
Tentunya
rasa ingin tahu akan kebenaran yang sesunggunya itu ada didalam jiwa, akan
tetapi untuk membedakan yang Hoax dan yang benar itu sulit juga, karena untuk
mendapatkan sesuatu yang benar itu harus ada fakta yang mendukung serta harus
dijelaskan oleh yang ahli, secara orang awam seperti aku ini harus ada yang
meyakinkan untuk mempercayai suatu hal, secara sudah sering di PHP *loh
hahaha...
Beruntungnya
aku mendapatkan undangan Temu Blogger Kesehatan Palembang dari @kemenkesRI,
dalam rangka Peringatan Hari Aids Sedunia “Saya Berani Saya Sehat”, yang
diselenggarakan pada 04 Desember 2017. Ini merupakan kesempatan untuk mencari
tau dan menambah ilmu, tentunya sarana yang tepat karena disampaikan langsung
oleh ahli dibidang HIV/AIDS ini.
Bertempat
di Hotel Excelton Palembang, pagi itu langsung ku menuju lantai 2 tempat
diselenggarakannya acara, ternyata sudah rame ya perserta yang hadir, dan
tentunya “eh.. elo lagi elo lagi”
hehehe, yang pasti ini acara bisa jadi ajang meet up dan silahturahmi bareng
blogger-blogger Palembang.
Setelah
selesai registrasi, ada deretan meja yang ditunggui oleh 3 orang mbak-mbak
berbaju putih dan berjilbab merah yang menarik perhatianku, dan setelah
berkeporia ternyata disini bisa melakukan tes HIV/AIDS secara gratis, sebagian
dari kami para peserta juga ikut melakukan tes, karena aku yakin hasilnya pasti
negatif secara kan aku masih “suci” HAHAHA...
Narasumber
acara ini ada 3 orang, yakni Bapak Indra Rizon, SKM M.Kes (Kepala Hubungan
Media & Lembaga Biro Komunikasi & Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI)
yang membahas tentang kenali penyakit perilaku dan hidup sehat dengan GERMAS
(Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Lalu ada Ibu dr. Endang Budi Hastuti
(Kasubdit AIDS Direktorat Pencegahan Penyakit Menular Langsung (PPML) Kemenkes
RI) tentang Kebijakan Nasional Program HIV/AIDS dan Infeksi menular seksual.
And the last ada Bapak Feri Yanuar, SKM,
Mkes (Kabag P2P Dinkes Provisi Sumatera Selatan) yang menjelaskan tentang
Epidemi HIV/AIDS di Provinsi Sumatera Selatan. Untuk penyampaian materi dari
masing-masing narasumber ini dipandu oleh Ibu Widyawati, Mkes (Kepala Bagian
Pelayanan Masyarakat Biro Komunikasi & Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI)..
fiuuh panjang banget ya jabatannya.. tapi sengaja memang aku tulis dan aku
cantumkan biar kalian semua guys bener-bener pecaya bahwa aku tak akan tertipu
lagi dengan info-info Hoax, secara yang memberikan materi tentang HIV/AIDS ini
langsung ahlinya yang turun gunung.
Dimulai
dari Bapak Indra yang membahas mengenai banyak penyakit yang timbul dikarenakan
kurangnya aktivitas fisik, merokok, minum-minuman beralkohol dan kurangnya
konsumsi buah dan sayur. Melalui GERMAS, mengaja semua lapisan masyarakat untuk
membudidayakan hidup sehat, berusaha agar mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan
atau perilaku tidak sehat, dan memeriksakan kesehatan secara berkala.
Selanjutnya
info dari narasumber Ibu Endang yang menginfokan bahwa kasus HIV di Indonesia itu
ternyata sebanyak 242.699 kasus s/d Maret 2017, 40.000,-an kasus ditemukan
pertahun, itu artinya lebih kurang 110 kasus perhari. *Eiittsss.. itu untuk
kasus terdata saja di Kemenkes RI, yang belum terdata..? hmm..
Lalu
Ibu Endang mengajak para peserta uji pengetahuan dulu. Ada salah satu
pertanyaan yang aku ingat yakni “bisakah
seseorang tertular HIV dengan cara menggunakan alat makan atau minum secara
bergantian dengan seseorang yang terinfeksi HIV...?”. lalu dengan polosnya
daku sebagai orang awam yang minim pengetahuan tentang HIV/AIDS ini menjawab
bisa, dengan alasan misalnya sendok yang abis pakai itu bekas mulut dan terkena
liur, takutnya nanti kalo di pakek orang lain bisa kena juga. Lalu ada lagi
pertanyaan “bisakah seseorang tertular
HIV dari gigitan nyamuk atau serangga...?” dan lagi aku menjawab mungkin
bisa iya bisa juga tidak, mungkin nyamuknya yang kena virus HIV hehehe.. harap
maklum ya bu, secara yang jawab ini adalah remaja labil yang ilmunya tentang
HIV/AIDS hanya sebesar butiran debu yang kemudian tertiup angin...
Disinilah
sesi seru, yakni Ibu Endang menjelaskan bahwasannya virus HIV tidak mudah
menular karena cara penularannya sangat terbatas pada: hubungan seksual, berbagi
jarum Suntik, produk darah dan organ tubuh, dan Ibu hamil positif HIV ke
bayinya. Yang namanya menggunakan alat makan dari ODHA (Orang dengan HIV/AIDS),
gigitan nyamuk atau serangga, dan penularan melalui tusuk gigi seperti yang aku
ceritain diatas itu adalah Hoax alias gak bener.. fiuuuh.. terjawab sudah
langsung dari ahlinya.. (yee.. pengetahuan aku nambah loh *noted sambil
menyimak dengan serius*).
HIV/AIDS
itu tidak menular, kalo kalian ciuman, pelukan, menggunakan WC bersama (bukan
barengan masuk WCnya ya :P hahaha), sentuhan/jabat tangan, menggunakan alat
makan bersama, terkena gigitan serangga/nyamuk yang sebelumnya menggigit ODHA,
atau tinggal serumah dengan ODHA. Kalo ada yang bilang sama kalian kalo pelukan
dengan ODHA bisa kenal HIV jangan percaya deh, itu Hoax semua ternyata. Ingat
ya guys.. aku jelasin diatas itu informasi langsung dari Kemenkes RI, jadi
dijamin hehehe.. Oke.. cukup aku aja yang jadi korban hoax itu.
Lanjut
ke Bapak Feri yang menjelaskan tentang rasio HIV antara laki-laki dan perempuan
adalah 3:1 sedangkan raiso AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 4:1,
faktor resiko terbanyak dari heteroseksual sebesar 65%, homoseksual 28% dan
perinatal 4%. Jadi intinya disini laki-laki yang paling banyak terkena virus
HIV.. jadi guys.. kita sebagai laki-laki (ceileh hahaha) harus kudu wajib
menjaga diri sendiri.. be careful guys.. dan stay “suci” hingga waktunya tiba..
*kode hahaha.
Gimana
guys.. dari 3 narasumber aja udah banyak banget ilmu yang aku terima dan aku
pahami hehehe.. lalu ditambah dengan sesi sharing langsung dari ODHA, yakni
mbak Ayu Oktariani (aku panggilnya mbak Ayu aja ya biar akrab gitu).. Tapi
beneran guys ini sesi yang bener-bener menginspirasi dan bakal membuka
pemikiran kalian lebar-lebar tentang isu HIV/AIDS yang selama ini berkembang di
masyarakat awam.
MARI UBAH STIGMA DAN PEMIKIRAN YANG SALAH
with Mbak Ayu |
Menurut
mbak Ayu, hal yang paling nggak nyaman adalah stigma dan diskriminasi dari
masyarakat, sebutan “Penderita HIV/AIDS” itu juga terdengar menyakitkan. Mbak Ayu
juga sempat dipecat dari pekerjaanya karena perusahaannya takut bahwa HIV dapat
menular ke karyawan lain. Stigma negatif seperti ini yang melekat bisa membuat
ODHA menjadi down, dan seperti yang kita tau bahwa HIV menyerang sistem
kekebalan tubu oleh karenanya ODHA rentan dengan penyakit, dan butuh watu yang
cukup lama untuk sembuh karena kekebalan tubuhnya nggak stabil.
Namun
mbak Ayu tetap tegar dan berusaha bangkit, karena masih ada keluarga/orang tua
yang sayang dan mensupportnya, hingga saat ini mbak Ayu tetap sehat bugar dan
aktif membantu sesama ODHA untuk berjuang melawan HIV untuk terus hidup, serta
melawan dengan bukti yang nyata untuk membela ODHA yang seharusnya dirangkul
dan disupport.
So
guys.. buat kalian yang baca ini jika bertemu dengan “mereka” jangan langsung
judge ya bahwa mereka orang gak bener, inilah itulah.. please stop do that, karena kita gak tau cerita dibalik bagaimana
mereka bisa tertular virus HIV. Ada baiknya kita memanggil dengan sebutan ODHA
itu saja sudah membuat mereka senang. Ingat ya.. lidah itu tajam.. setajam..
silet.. (bayanginya nyebutin Silet ala-ala feni rose gitu hahaha).
Ada
juga sesi sharing dari Mas Antonio yang juga seorang ODHA, yang menceritakan
pengalaman dan perilaku tidak sehat sehingga terkena HIV. Namun dirinya bangkit
dan berubah serta berjuang untuk hidup dan segar bugar hingga sekarang. Bahkan Mas
Antonio sempat keliling Eropa berkat karya bukunya yang difilmkan dan
memenangkan penghargaan disana. Oh iya.. ODHA juga bisa menikah loh, buktinya
Mas Antonio juga sudah menikah dengan sesama ODHA, dan ternyata bisa dapet
keturunan yang negatif HIV.. beneran loh itu, tentunya lewat saran dan program
yang tepat dari sang ahli.
Lanjut
ke Kang Arul, blogger dan juga seorang Dosen yang galau hehehe.. Kang Arul juga
memberikan materi tentang penulisan di blog, dan Kang Arul juga mengajarkan
tentang “Konten dilawan dengan Konten” dengan kata lain banyak berita Hoax yang
beredar harus dilawan dengan berita/konten yang sebenarnya. Serta dalam menulis
beberapa kata saja bisa menjadi sebuah cerita, dan dalam menulis diblog
langsung saja ditulis jangan mikirin judul dulu. (eh tapi bener loh.. aku buat
tulisan ini yang draftnya 5 lembar belum ada judul hingga tiba saatnya posting
hehehe).
Jadi
gimana guys... setelah kalian baca apa yang aku ceritain diatas.. overall
HIV/AIDS itu penularannya terbatas hanya pada hubungan seksual (seks bebas,
atau suami/istri yang kena HIV menularkan pada suami/istrinya), berbagi jarum
Suntik, produk darah dan organ tubuh, dan Ibu hamil positif HIV ke bayinya. Diluar
dari itu untuk saat ini berarti HOAX.. berkaca pada pengalaman diri sendiri
yang menganggap tusuk gigi dapat menularkan HIV itu adalah salah. So.. mulai
saat ini harus berfikir positif dan menjauhi pemikiran stigma negatif bahwa
ODHA itu inilah, itulah, apalah.. karena kita gak tau jika seseorang dilihat
dari penampilannya dia terkena HIV/AIDS atau tidak, dan kita semua beresiko,
aku.. kamu.. kalian semua beresiko terkena virus HIV, maka dari itu harus jaga
pergaulan, jaga diri, perkuat iman, dan ingat bahwa keluarga itu selalu ada
apapun keadaan kita.
Oh
iya.. HIV itu sendiri sudah ada obatnya, yakni Antiretroviral (ARV). Akan tetapi
ODHA diharuskan untuk mengonsumsi obat ARV seumur hidup mereka. Sebab sejatinya
virus HIV tidak dapat dihilangkan dari dalam darah, namun hanya menekan jumlah
virusnya saja. Lewat mengonsumsi obat ARV secara rutin dan terus-menerus, virus
HIV dalam darah pasien akan ditekan hingga tidak terdeteksi dalam tes HIV.
Segera setelah virus HIV berhasil dikendalikan, para ODHA dapat hidup normal
selayaknya orang sehat. Mereka dapat menikah dan memiliki keturunan. Pasangan
mereka pun tak perlu khawatir tertular. Buktinya adalah mbak Ayu yang tadi aku
ceritain diatas, pasangnya saat ini adalah non-ODHA dan telah menikah, bahkan
sempat memiliki keturunan negatif HIV, namun keberuntung belum berpihak ke mbak
Ayu karena anaknya sudah dijemput yang maha kuasa, tapi meninggalnya bukan
karena HIV.. melainkan karena ada kelainnya dari organ apa gitu.. maaf ya mbak
Ayu.. maman lupa hehehe..
Oke
guys.. terima kasih.. semoga dengan tulisan ini kita semua yang baca sadar dan
menambah pemahaman serta menghapus perlahan stigma negatif yang bertebaran di
masyarakat tentang isu HIV.. #trims.
#SayaBeraniSayaSehat